Monday, 11 March 2013

demi waktu


 Bismillahhirrohmannirrohiim

DEMI WAKTU
Orang yang berakal itu selalu memiliki empat waktu yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya yaitu : waktu untuk bermunajat kepada tuhannya, waktu untuk mengevaluasi dirinya, waktu untuk merenungkan ciptaan-nya dan waktu untuk bekerja mencari nafkah demi kelangsungan hidupnya “ H.R.Ibnu Hibban

Kita sering mendengar ada orang berkata,” waktu  terus berjalan tidak terasa”, benarkah tidak terasa ? kita semua menyadari perubahan detik demi detik, jam demi jam, hari demi hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Semuanya itu terus berjalan tidak pernah ada perhentian waktu, barangkali terlalu naïf rasanya bila kita tidak pernah merasakan adanya pergantian demi pergantian itu atau tidak pernah merasakan adanya perubahan waktu karena kita memang tidak pernah memanfaatkan waktu itu dengan sebaik-baiknya.
Kita berani dengan lantang mengatakan tidak terasa, karena lebih banyak waktu tersita untuk menghadapi kehidupan di dunia ini yang teramat sibuk, baik dia si kaya yang sedang sibuk menambah dan menjaga kekayaanya, si pangkat yang sedang sibuk mempertahankan dan meningkatkan posisinya, si pintar yang sedang asyik menikmati banyak pujian, si miskin yang sedang bergelut dengan sejuta kesusahan dan kesulitan hidup atau si pendir yang tidak pernah peduli terhadap keadaan yang sedang berlangsung di sekitarnya. alhasil, semua sedang asyik termasuk menikmati kehidupan itu sendiri sampai terlupa akan waktu, dan kita baru sadar sesadar sadarnya akan adanya waktu bila di depan pintu rumah kita telah berdiri dengan tegak dan gagahnya sang penjemput malaikat maut, barulah mulut-mulut kita bergumam setengah kecewa, setengahnya lagi penuh penyesalan. Mengapa aku tidak pernah bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada-mu, mengapa aku tidak pernah mengukur diriku sendiri sehingga aku menjadi manusia yang tidak tahu diri? Mengapa aku tidak pernah berp;ikir akan kebesaran ciptaan-mu yang aku rasakan besar selama ii tidak jelas asal-usulnya sehingga aku sudah tidak dapat membedakan lagi mana harta halal dan mana yang haram? Sungguh suatu penyesalan dan kekecewaan yang tidak ada gunanya lagi karena pintu taubat telah tertutup rapat, yang tertinggal hanya ada satu kalimat” innalillahi wa inna illahi rojium “

No comments:

Post a Comment